Minggu, 05 Maret 2017
kristus
1. Bagaimana awal kehidupan Yesus?
Ia adalah ciptaan Allah yang pertama. Tidak seperti manusia lain, Yesus hidup di surga sebagai makhluk roh sebelum dilahirkan di bumi. (Yohanes 8:23) Ia tidak dilahirkan oleh seorang wanita di surga. Ia diciptakan langsung oleh Bapak surgawinya, Yehuwa. Jadi, Yesus dengan tepat disebut Putra Allah. Ia juga disebut ”Firman” karena ia menjadi juru bicara Allah. (Yohanes 1:14) Yesus turut menciptakan hal-hal lain. —Baca Amsal 8:22, 23, 30; Kolose 1:15, 16.
2. Mengapa Yesus datang ke bumi?
Allah mengutus Putra-Nya ke bumi dengan memindahkan kehidupannya dari surga ke dalam rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. Jadi, Yesus tidak mempunyai ayah manusia. (Lukas 1:30-35) Yesus datang ke bumi untuk (1) mengajarkan kebenaran tentang Allah, (2) memberikan teladan dalam hal melaksanakan kehendak Allah bahkan dalam keadaan sulit, dan (3) memberikan kehidupannya yang sempurna sebagai ”tebusan”. —Baca Matius 20:28.
3. Mengapa kita membutuhkan tebusan?
Tebusan adalah harga yang harus dibayarkan untuk membebaskan orang dari ancaman kematian. (Keluaran 21:29, 30) Sewaktu menciptakan manusia, Allah tidak pernah menginginkan mereka menjadi tua dan mati. Apa buktinya? Allah mengatakan kepada manusia pertama, Adam, bahwa jika ia melakukan apa yang disebut ”dosa” oleh Alkitab, ia akan mati. Jadi, seandainya Adam tidak berbuat dosa, ia tidak akan pernah mati. (Kejadian 2:16, 17; 5:5) Menurut Alkitab, kematian ”masuk” ke dalam dunia umat manusia melalui Adam. Jadi, kepada keturunannya, Adam meneruskan dosa dan hukumannya, yaitu kematian. Kita membutuhkan tebusan agar dibebaskan dari hukuman kematian yang kita warisi dari Adam. —Baca Roma 5:12; 6:23.
Siapa yang dapat membayar tebusan untuk membebaskan kita dari kematian? Sewaktu kita mati, kita hanya membayar hukuman bagi dosa kita sendiri saja. Manusia yang tak sempurna tidak dapat membayar tebusan bagi dosa orang lain. —Baca Mazmur 49:7-9.
4. Mengapa Yesus perlu mati?
Tidak seperti kita, Yesus sempurna karena ia lahir melalui mukjizat. Ia tidak pernah berbuat dosa. Jadi, ia tidak perlu mati karena dosanya sendiri, tetapi dia mati demi orang lain yang berdosa. Allah yang mengutus dia karena Ia sangat mengasihi manusia. Yesus juga menunjukkan kasihnya kepada kita dengan menaati Bapaknya dan memberikan nyawanya demi kita. —Baca Yohanes 3:16; Roma 5:18, 19.
5. Apa peranan Yesus sekarang?
Sewaktu berada di bumi, Yesus menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan menolong orang yang menderita. Dengan demikian, ia menunjukkan apa yang akan ia lakukan di masa depan bagi semua manusia yang taat. (Matius 15:30, 31;Yohanes 5:28) Setelah Yesus mati, Allah menghidupkannya kembali sebagai makhluk roh. (1 Petrus 3:18) Kemudian, Yesus menunggu di sebelah kanan Allah sampai Yehuwa memberi dia kuasa untuk memerintah sebagai Raja atas seluruh bumi. (Ibrani 10:12, 13) Sekarang, Yesus telah memerintah sebagai Raja di surga, dan para pengikutnya mengumumkan kabar baik tersebut di seluruh dunia. —BacaDaniel 7:13, 14; Matius 24:14.
Tidak lama lagi, Yesus akan menggunakan kuasanya sebagai Raja untuk mengakhiri semua penderitaan dan orang-orang yang menyebabkannya. Semua orang yang beriman kepada Yesus dengan menaatinya akan menikmati kehidupan dalam firdaus di bumi. —Baca Mazmur 37:9-11.
dosa
Dosa adalah segala perbuatan, perasaan, atau pikiran yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Ini termasuk melanggar perintah Allah dengan melakukan apa yang salah menurut Allah. (1 Yohanes 3:4; 5:17) Alkitab juga mengatakan bahwa orang yang menahan diri untuk melakukan yang benar juga berbuat dosa. —Yakobus 4:17.
Dalam bahasa asli Alkitab, kata dosa berarti ”meleset dari target”, atau sasaran. Contohnya, sekelompok tentara di Israel zaman dulu sangat pintar melempar batu dan ”tidak pernah meleset”. ”Tidak pernah meleset” bisa berarti ”tidak pernah berbuat dosa”. (Hakim-Hakim 20:16) Jadi, jika seseorang meleset, atau gagal, dalam menaati hukum Allah yang sempurna, dia berbuat dosa.
Sebagai Pencipta, Allah berhak menentukan hukum bagi manusia. (Penyingkapan [Wahyu] 4:11) Kita harus bertanggung jawab kepada-Nya atas semua perbuatan kita. —Roma 14:12.
Mungkinkah seseorang tidak melakukan dosa sama sekali?
Tidak mungkin. Alkitab mengatakan bahwa ”semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah”. (Roma 3:23; 1 Raja 8:46; Pengkhotbah 7:20; 1 Yohanes 1:8) Mengapa bisa begitu?
Pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, tidak berdosa pada awalnya. Mereka diciptakan sempurna dan mempunyai sifat-sifat baik seperti Allah. (Kejadian 1:27) Tapi, mereka menjadi tidak sempurna karena melanggar perintah Allah. (Kejadian 3:5, 6, 17-19) Lalu, mereka mewariskan dosa dan ketidaksempurnaan itu kepada anak-anak mereka seperti cacat bawaan. (Roma 5:12) Itulah sebabnya Raja Daud dari Israel berkata, ”Dalam kesalahan aku dilahirkan.”—Mazmur 51:5.
Apakah dosa ada tingkatannya?
Ya, ada. Contohnya, Alkitab mengatakan orang-orang Sodom pada zaman dulu ”jahat dan berdosa besar”. Dosa mereka ”sangat berat”. (Kejadian 13:13; 18:20) Perhatikan tiga hal yang menentukan beratnya suatu dosa.
- Seberapa parah. Alkitab memperingatkan kita untuk menghindari dosa besar, seperti melakukan percabulan, menyembah berhala, mencuri, bermabuk-mabukan, memeras, membunuh, dan melakukan sihir. (1 Korintus 6:9-11; Penyingkapan 21:8) Alkitab membedakan semua dosa ini dengan dosa yang tidak disengaja, misalnya kata-kata atau perbuatan yang tidak dipikirkan terlebih dahulu sehingga menyakiti orang lain. (Amsal 12:18; Efesus 4:31, 32) Meski begitu, Alkitab menasihati kita agar tidak meremehkan dosa sekecil apa pun. Alasannya, dosa kecil pun bisa membuat seseorang melakukan dosa yang lebih besar.—Matius 5:27, 28.
- Alasan berbuat dosa. Ada yang berbuat dosa karena tidak tahu apa yang Allah inginkan. (Kisah 17:30; 1 Timotius 1:13) Meskipun itu salah, Alkitab membedakannya dari dosa karena sengaja melanggar perintah Allah. (Bilangan 15:30, 31) Dosa yang disengaja berasal dari ’hati yang jahat’.
—Yeremia 16:12. - Seberapa sering. Alkitab juga membedakan dosa yang dilakukan hanya sekali dengan dosa yang dilakukan berulang kali dalam waktu yang lama. (1 Yohanes 3:4-8) Ada orang yang berulang kali melakukan ”dosa dengan sengaja”, bahkan setelah tahu caranya agar tidak melakukan dosa itu lagi. Orang seperti itu akan dihukum Allah.
—Ibrani 10:26, 27.
Mereka yang melakukan dosa besar bisa merasa sangat bersalah. Misalnya, Raja Daud menulis, ”Kesalahan-kesalahanku telah melampaui kepalaku; seperti tanggungan yang berat, semuanya itu terlalu berat bagiku.” (Mazmur 38:4) Tapi Alkitab memberikan harapan ini, ”Biarlah orang yang [jahat] meninggalkan jalannya, dan orang yang suka mencelakakan meninggalkan niatnya; dan biarlah dia kembali kepada Yehuwa, yang akan berbelaskasihan kepadanya, dan kepada Allah kita, karena ia akan memberi ampun dengan limpah.”—Yesaya 55:7.

melayani dalam kristus
1 Petrus 4:10 “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”
Matius 20:28 “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang .”
Melayani Tuhan bukanlah sesuatu yang main-main. Betapa tidak! Taruhannya adalah nyawa kita. Tuhan menghendaki agar pelayanan kita kepadaNya itu menduduki prioritas utama dalam hidup kita. Kita tidak dapat memandang kegiatan melayani Tuhan sebagai sesuatu yang hanya kita lakukan untuk mengisi waktu saja. Tuhan tidak mau mempunyai hamba-hamba yang memberi kepada Dia sisa-sisa dari apa yang dimilikinya.
Melayani dapat mencakup pelayanan di hadapan umum seperti berkhotbah dan mengajar, tetapi dapat juga mencakup pelayanan di belakang layar seperti misalnya menjemput mereka yang tidak memiliki kendaraan ke gereja, memimpin kelas balita, mencuci piring-piring kotor selesai acara ramah tamah dan memarkir kendaraan dihalaman gereja. Melayani dapat terlihat nyata di hadapan orang banyak seperti memimpin nyanyi, tetapi dapat pula tidak terlihat oleh orang banyak seperti mengatur kursi gereja.
Sifat “kedagingan” kita tidak menyukai perbuatan-perbuatan baik yang tidak dilihat orang. Sifat kedagingan kita tidak menyukai perbuatan-perbuatan baik yang perlu dilakukaan secara rutin. Dua dari antara dosa-dosa yang mematikan: kemalasan dan kesombongan. Kedua dosa itu memburamkan mata kita dan memborgol tangan dan kaki kita sehingga kita tidak dapat melayani (walau kita tahu bahwa kita seharusnya melayani). Atau kalau kita melayani pun, kita tidak melakukannya sebagaimana yang kita inginkan. Kalau kita tidak mendisiplin diri untuk melayani demi Tuhan Yesus dan KerajaanNya, kita hanya akan melayani sekali-sekali saja, atau kalau kita merasa waktunya tepat saja, atau kita hanya melayani diri sendiri. Bila demikian, nanti di hadapan tahta pengadilan Allah, kita akan sangat menyesal.
TUHAN MENGHENDAKI SETIAP ORANG PERCAYA MELAYANI
Ketika Tuhan memanggil orang-orang pilihanNya, Ia tidak memanggil mereka untuk menganggur saja. Sewaktu kita dilahirkan kembali dan dosa-dosa kita diampuni, darah Tuhan Yesus Kristus menyucikan hati nurani kita (ibrani 9:14), supaya kita dapat “melayani Allah yang hidup”. “Layanilah seorang akan yang lain” (1 Petrus 4:10 ). Itu adalah amanat bagi setiap orang Kristen lahir baru. Tentu saja, adanya motif yang benar-benar sangatlah penting dalam melaksanakan pelayanan bagi Tuhan.
Yang sangat mengagumkan adalah kehadiran Tuhan kita di dunia semata-mata untuk melayani dan menjadi pelayan bagi manusia (Mat. 20:28; Luk. 22:27). Pelayanan terbesar yang Yesus lakukan bagi kita adalah mengorbankan nyawa-Nya agar kita diselamatkan. Ada pun bentuk pelayanan kita di dunia ini adalah melakukan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita dan meneladani kehidupan Kristus selama hidup-Nya di dunia (1 Yoh.2:6).
Apakah melayani Tuhan merupakan pilihan atau tujuan hidup kita?
1. Kita diciptakan untuk melayani Allah.
Alkitab berkata: Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkannya untuk kita (Ef.2:10). Hal-hal yang baik inilah pelayanan kita. Kapanpun kita melakukan hal yang baik terhadap orang lain, asalkan kita melakukannya untuk Tuhan, kita sebenarnya sedang melayani Allah (Kol. 3:23; Mat. 25:40; 45).
2. Kita diselamatkan untuk melayani Allah.
Allah menebus kita supaya kita bisa melakukan pekerjaan kudusnya. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselamatkan untuk pelayanan. Dalam kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai yang luar biasa kepada kehidupan kita. Yesus harus mengorbankan nyawaNya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Kita tidak melayani Allah karena rasa bersalah atau ketakutan atau bahkan kewajiban, tetapi karena sukacita dan ucapan syukur yang dalam atas apa yang telah Dia kerjakan bagi kita. Kita berhutang nyawa kepadaNya (1Kor. 6:20). Melalui keselamatan, masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita dijamin.
Istilah lain dalam bahasa inggris untuk melayani Allah yang salah dimengerti oleh banyak orang adalah ministry (pelayanan sebagai gembala/pendeta). Ketika sebagian orang mendengar kata “pelayanan” mereka berpikir tentang gembala, pendeta, dan rohaniwan profesional, tetapi Allah berkata setiap anggota keluargaNya merupakan seorang pelayan (minister).
Di dalam Alkitab, kata hamba (servant) dan pelayanan (minister) adalah sinonim, seperti halnya service dan ministry. Jika Anda seorang Kristen, Anda merupakan seorang pelayan (minister) dan Anda melayani (serving atau pun ministering).
3. Kita dipanggil untuk melayani Allah.
Ketika bertumbuh, kita mungkin mengira bahwa “dipanggil” oleh Allah merupakan sesuatu yang hanya dialami oleh para misionaris, gembala, dan pekerja gereja purna waktu lainnya, tetapi Alkitab berkata bahwa semua orang kristen dipanggil untuk melayani. Panggilan kita untuk keselamatan meliputi panggilan Anda untuk melayani. Keduanya sama. Tidak peduli apa pekerjaan atau karier kita, kita dipanggil untuk pelayanan kristiani purna waktu.
Seorang kristen yang tidak melayani merupakan sebuah pernyataan yang bertentangan. Setiap kali kita memakai kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menolong orang lain, kita sedang memenuhi panggilan kita.
4. Kita diperintahkan untuk melayani Allah.
Bagi orang-orang Kristen, pelayanan bukanlah pilihan, sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu. Pelayanan adalah inti kehidupan Kristen. Yesus datang untuk melayani dan untuk memberi. Dan kedua kata kerja tersebut seharusnya juga menjadi ciri kehidupan kita di dunia. Kita seharusnya menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Enam Hal yang Harus Menggerakkan Orang Percaya Dalam Melayani Tuhan:
1. Tergerak Oleh Kepatuhan / Ketaatan
Di dalam kitab Ulangan 13:4, nabi Musa menulis, “Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya kamu harus berbakti dan berpaut.” Ayat tersebut berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah. Di tengah rangkaian kata-kata yang memerintahkan agar kita patuh kepadaNya, terdapat perintah “kepadaNya harus kamu berbakti”. Berbakti kepadaNya berarti mengabdi kepadaNya dan melayani Dia. Ya, kita harus melayani Dia karena kita mau mematuhi Dia. Jika kita tidak melayani Tuhan, itu berarti tidak mematuhi Dia. Jadi, tidak melayani Tuhan adalah suatu dosa.
2. Tergerak Oleh Rasa Syukur / Terima kasih
Tidakkah Anda ingat, bagaimana malangnya hidup Anda sebelum mengenal Yesus Kristus, tanpa tujuan dan tanpa harapan? Tidakkah Anda ingat, bagaimana berdosanya Anda kepada Tuhan? Tidakkah Anda ingat, bagaimana rasanya ketika Anda tahu bahwa Tuhan Yesus bersedia mati bagi Anda, mengampuni dosa-dosa Anda yang sangat banyak agar Anda selamat dan memberi Anda jaminan hidup kekal di sorga?
Seorang yang sungguh sadar bahwa hidupnya saat ini adalah anugerah Tuhan akan mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia akan melayani Tuhan seumur hidupnya meskipun ia tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa membalas anugerah Tuhan yang besar itu.
Dengan memberikan diriNya sendiri sebagai korban penebusan dosa Anda, Tuhan Yesus sudah melakukan sesuatu yang terbesar bagi Anda. Tidak ada pemberian yang lebih besar daripada itu. Tidakkah Anda menyadari bahwa tidak ada yang lebih besar yang dapat ia perbuat bagi Anda daripada memberikan dirinya bagi keselamatan Anda? Dia adalah segalanya bagi kita. Kalau kita sebagai hambanya tidak dapat melayani Dia dengan penuh rasa terima kasih, apa yang dapat membuat kita berterima kasih kepadaNya?
3. Tergerak Oleh Sukacita
Berikut ini isi pesan Mazmur 100:2: “Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita.” Melayani Tuhan tidak pantas dilakukan dengan hati yang mengomel atau kecut. Kita harus melakukannya dengan sukacita. Pada zaman dahulu kala, hamba-hamba raja sering dijatuhi hukuman mati hanya karena bermuka muram sewaktu melayani sang raja. Ada sesuatu yang tidak beres pada diri Anda kalau Anda tidak dapat melayani Tuhan dengan sukacita. Kalau anda melayani Tuhan hanya karena Anda merasa itu sudah kewajiban Anda, tidaklah aneh kalau Anda tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Kalau Anda melayani Tuhan hanya karena Anda mau masuk surga, tidaklah aneh kalau Anda tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Sebaliknya orang Kristen yang berterima kasih atas apa yang telah Tuhan lakukan baginya akan dapat melayani Tuhan dengan sukacita dan sukarela.
4. Digerakkan Oleh Fakta Sudah Diampuni
Jika Anda membaca Yesaya 6:6-8 di situ Anda mendapati apakah nabi Yesaya menanggapi panggilan Allah dan siap melayani Allah karena ia merasa bersalah? Bukan! Karena Allah sudah menghapus kesalahannya. Anak-anak Allah melayani Tuhan bukan supaya mereka diampuni, tetapi karena mereka sudah diampuni. Jika kita melayani Tuhan hanya karena kita merasa bersalah kalau kita tidak melayani Dia, gambarannya kita ini seperti orang yang melayani dengan kaki yang dirantai pada pergelangannya. Tidak ada kasih dalam pelayanan itu. Yang ada hanyalah upaya dan upaya. Tidak ada sukacita dalam pelayanan itu, yang ada ialah kewajiban dan kejemuan. Kita seharusnya melayani dengan sukcita karena kematian Kristus sudah membebaskan kita dari cengkeraman kuasa dosa.
5. Digerakkan Oleh Kerendahan Hati
Yesus adalah hamba yang sempurna. KebesaranNya terlihat dari kesediaanNya merendahkan diri, melayani kedua belas murid-muridNya. Sungguh, suatu kerendahan hati yang mencengangkan. Yesus, Tuhan dan Guru murid-murid itu, mencuci kaki mereka untuk memberi contoh bagaimana murid-muridnya harus melayani dengan kerendahan hati. Dalam kehidupan ini selalu ada kecenderungan dalam diri kita (Alkitab menyebutnya sebagai “kedagingan”) untuk berkata, “kalau saya harus melayani, saya harus mendapatkan sesuatu.
Kalau saya mendapat imbalan, atau mendapat pujian bahwa saya ini rendah hati, atau memperoleh keuntungan bagi diri saya sendiri, saya akan berusaha tampil rendah hati dan mau melayani. Itu namanya bukan melayani seperti Kristus tetapi itu namanya munafik. Dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menolak pelayanan yang bermotivasi mementingkan diri sendiri. Itu adalah motivasi yang tidak benar. Kerendahan hati kita dalam melayani harus tulus, “menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (Filipi 2:3). Orang Kristen seharusnya melayani dengan rendah hati karena hal itu membuat dirnya menjadi semakin seperti Yesus.
6. Digerakkan Oleh Kasih
Menurut Galatia 5:13, pelayanan harus dilakukan atas dasar kasih. Tidak ada “bensin” yang lebih baik untuk menggerakkan kita melayani dan memberi semangat selain kasih. Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, kita melayaniNya bukan demi memperoleh uang, tetapi kita melakukannya atas dasar kasih kepada Tuhan dan kepada sesama. Melayani Tuhan bukanlah persoalan suka atau tidak suka. Kita diberi amanat, “pergilah!” maka kita pergi. Kasih Yesuslah yang mendesak kita pergi melayani. Kalau orang-orang Kristen dipenuhi dengan kasih Yesus, mereka akan digerakkan pula oleh kasih Yesus. Hasilnya mereka “tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 korintus 5:14-15). Mereka melayani Allah dan sesamanya atas dasar kasih Yesus.
SETIAP ORANG KRISTEN MEMPUNYAI KARUNIA UNTUK MELAYANI
Karunia-karunia Roh menunjukkan peran-peran kita dalam pelayanan. Semua manusia dilahirkan dengan bakat dan talenta tertentu, namun hanya orang percaya yang diberikan karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh dianugerahkan kepada kita ketika kita dilahirkan kembali dan menjadi bagian dari tubuh Kristus (gereja lokal).
Gereja Lokal adalah pusat dari pelayanan. Anggota-anggota tubuh Kristus, yaitu jemaat diperlengkap dalam tubuh Kristus untuk keluar melayani semua orang dengan bakat, talenta, dan karunia-karunia yang mereka miliki.
KARUNIA-KARUNIA ROH
Pada saat Anda diselamatkan, Roh kudus masuk untuk tinggal di dalam diri Anda, Ia membawa serta karunia Roh untuk Anda. Dalam 1 korintus 12:4, 11, disebutkan bahwa ada bermacam-macam karunia, dan bahwa Roh Kuduslah yang akan menentukan karunia mana yang akan diberikanNya kepada kita. Dan tujuan diberikannya karunia itu adalah untuk melayani: “layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” Apa pun pandangan teologi Anda tentang karunia Roh, dua hal penting ini yang terungkap dalam 1 Petrus 4:10 tetap berlaku: (1) Kalau Anda adalah orang Kristen, maka Anda mempunyai karunia Roh; (2) Tujuan Allah memberi Anda karunia itu ialah supaya Anda memakainya dalam pelayanan.
Banyak orang Kristen yang sudah lama melayani Allah dengan setia, tidak mengetahui dengan pasti karunia apa yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda tidak perlu mencoba mencaritahu karunia apa yang Anda peroleh, tetapi saya hendak mengatakan bahwa sekalipun Anda tidak dapat mengatakan dengan pasti karunia apa yang ada pada Anda, keselamatan yang sudah Anda peroleh tidak dibatalkan.
Cara untuk mencaritahu karunia apa yang ada pada Anda adalah melayani Tuhan, dan temukan dibidang mana Anda begitu sangat menikmati melakukannya. Seandainya Anda mempunyai karunia untuk mengajar, Anda tidak akan betul-betul mengetahui bahwa Anda memiliki karunia mengajar kalau Anda tidak mau mulai mencoba mengajar. Melalui pelayanan kepada orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan dan yang sedang terluka hatinya, Anda mungkin saja mendapati bahwa Anda mempunyai karunia belas kasihan.
Saya mendorong agar Anda mendisiplin diri untuk melayani di dalam gereja Anda. Anda tidak harus melayani dalam bidang yang menonjol. Anda tidak harus mempunyai kedudukan yang tinggi. Mereka yang mempunyai hati seorang hamba akan mendapati dirinya digerakkan oleh kasih Yesus sehingga mereka rela melayani sekalipun di luar jam kerja/jam pelayanan yang sudah di tentukan. Orang-orang yang tidak dapat melayani sebagaimana yang mereka kehendaki, yang terhalang oleh keadaan fisiknya, biasanya dapat menjadi pendoa syafaat yang kuat. Tuhan memberi kita karunia Roh supaya kita memakainya untuk melayani. Kalau tidak demikian, hidup kita tidak ada tujuannya. Bukankah Tuhan tidak mau kehidupan kita di dunia ini menjadi sia-sia?
UNTUK DIRENUNGKAN DAN DITERAPKAN
Ibadah kita kepada Tuhan menggerakkan kita untuk melayani Dia, sedangkan tindakan melayani Tuhan mengekspresikan ibadah kita. Bila kita mau hidup menurut kehendak Allah, kita harus mempunyai keseimbangan dalam kedua hal tersebut. Mereka yang melakukan pelayanan tanpa secara teratur beribadah (baik dalam saat teduh pribadi maupun dalam kebaktian bersama) pasti melakukan pelayanannya di dalam kedagingannya.

SEJARAH AGAMA KRISTEN
Gereja mula-mula
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gereja perdana
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak bapa Gereja yang menjadi korban kekezaman kekaisaran Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah Ignatius dari Antiokia yang dihukum mati dengan dijadikan makanan singa.Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah paganisme, di mana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen. Romawi pun berusaha menekan, dan bahkan melarang agama Kristen, karena umat Kristen saat itu tidak mau menyembah Kaisar, dan hal ini menyulitkan kekuasaan Romawi. Selain itu, paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman Republik sudah dipakai sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi dengan keberadaan agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini, banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.
Masa kegelapan
Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai dari Kaisar Commodus hingga Kaisar Diocletian. Pada masa inilah orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati. Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara.Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat. Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran (bidaah). Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah. Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama.
Ketika Kerajaan Romawi runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen tetap bertahan. Pada abad ke-11 terjadilah Perang Salib, di mana kekezaman prajurit perang salib menjadi sejarah kelam Kristen yang hingga kini masih banyak disesali. Perang Salib adalah perang agama antara Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II, Perang Salib I bertujuan merebut kembali kota suci Yerusalem dari kekuasaan Islam, yang merupakan tempat penting umat Kristen sebagai tujuan ziarah saat itu.
Sementara itu, bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai Gereja yang disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira di Rusia dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah pimpinan Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054.
Sementara itu, pada tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg membuat Kitab Suci terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci dibatasi oleh Gereja kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang merupakan salah satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab Suci hanya dibacakan di Gereja dan menjadi sumber kotbah.
Saat itu, banyak pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan kedudukan di dalam Gereja Barat (Katolik) sebagai sumber kekuasaan, sehingga secara tidak langsung mencoreng nama baik Gereja. Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja semakin terpengaruh untuk mementingkan kepentingan duniawi sehingga semakin menyeleweng dari ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum yang menduduki posisi penting di dalam Gereja menggunakan kekuasaannya secara semena-mena sehingga merugikan banyak umat saat itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen kecewa dan memprotes serta menuntut pembaharuan. Banyak umat yang berpikir bahwa salah satu cara mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang.